Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

MEMAHAMI ISRA' DAN MI'RAJ

أفتمارونه على ما يرى . ولقد رآه نزلة أخرى. عند سدرة المنتهى  “Apakah kalian akan membantah apa yang dilihatnya. Pada hal ia sesungguhnya melihat Jibril pada kali yang lain. Didekat Sidratul Muntaha” (QS An Najmu, 12-14) Sikap KETIKA pertama kali Rasulullah saw menceritakan apa yang dialaminya dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj, opini masyarakat ketika itu terbagi menjadi tiga, yaitu tidak mempercayai, meragukan, dan meyakini kebenarannya. Kelompok pertama bersikap agresif dan terang terangan menolak kebenaran peristiwa tersebut. Sebagian dari kelompok ini menolak kebenaran Isra’ dan Mi’raj dikarenakan peristiwa itu, menurut penilaian mereka, tidak masuk akal dan tidak dapat dipahami. Tetapi ada pula secara apriori menolak kebenaran peristiwa itu, karena bagi mereka yang penting adalah mendustakan dan memperhinakan Muhammad, terlepas dari dia itu benar atau tidak. Dikalangan umat Islam pada waktu itu, ada yang bersikap ragu ragu. Mereka tidak berani menyangkal akan kebenar

SURAT WASIAT LUQMANUL HAKIM

Siapakah Luqmanul Hakim? Para ahli tafsir berbeda pandangan. Ada yang mengatakan Luqmanul Hakim itu seorang Nabi, yang hidup antara dua  zaman, yaitu antara zaman Nibi Isa dengan zaman Nabi Muhammad. Adapula yang berpendapat beliau hidup dizaman Bani Israil. Tetapi pendaoat yang paling sahih dia bukanlah seorang Nabi, tetapi sorang salihin yang diberi ilmu hikmah. Bagi kita bukan beda pendapat yang perlu ditonjolkan, tetapi nilai hikmah yang ada dibalik wasiat itu yang bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi orang bijak yang sedang berinvestasi untuk kepentingan mega proyek akhirat. Wasiat Luqmanul Hakim kepada anaknya diceritakan kembali oleh Allah kepada kita dalam Al-Qur anul Karim, pada Surat Lukman, ayat 12 sampai dengan 19, sebagai berikut: وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ‌ۗ وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖ‌ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِىٌّ حَمِيْدٌ ١٢ وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِا بْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَى

JANGAN THAMA'

Penyakit thama’ adalah sama dan sebangun dengan loba atau rakus. Ia  merupakan suatu penyakit hati yang sangat membahayakan manusia. Thama’ adalah sikap loba atau rakus terhadap harta dunia, tanpa memperhatikan lebel halal atau haram. Banyak terlibat tindak pidana korupsi hanya karena kecanduan makan kerikil, minum aspal, makan kertas, bahkan ada juga yang makan e-KTP. Semuanya terjadi karena kerakusan. Perut mereka kelihatan gendut, tetapi bukan karena cacingan. Perut buncit bukannya salah  sistem pencernaan. Karena pencernaan tidak dirancang untuk menghancurkan bahan aneh produk kerakusan. Sudah seperti dajal bermata satu. Karena matanya memang satu, dia hanya dapat melihat kepentingan duania yang hanya sesaat, tidak dapat melihat kepentingan akhirat yang kekal dan abadi. Thama’ dapat menyebabkan kedengkian, permusuhan, kekejian, kedustaan, dan kecurangan serta cinta dunia yang tidak pernah berakhir dengan kepuasan. Abdullah bin Zubir dalam satu khutbahnya berpesan:

NASEHAT ANJING

Namanya saja anjing. Memang beda dengan binatang yang lain. Bila ada orang sedang emosi yang dengan terpaksa harus memaki lawannya dengan menggunakan kata kata anjing baru mantap dan merasa puas. Anjing, kau!! Ketika posisi manusia disamakan dengan anjing, tidak ada manusia yang tidak memperlihatkan kemarahannya. Itu sebagai pertanda, binatang itu tidak terhormat. Didalam fiqh Islam, bila sesuatu benda dijilat anjing, maka untuk mensucikan benda tersebut, harus dibasuh 6 (enam) kali dengan air muthlaq dan 1 (satu) kali dengan air bercampur tanah. Walaupun binatang ini dianggap hina, namun ada beberap kelebihan pada binatang tersebut. Kelebihannya antara lain mudah dilatih dan memiliki indra penciuman yang melebihi makhluk lain. Karena ada lebihnya maka anjing sering dilibatkan dalam mencari ganja dan narkotika, termasuk mencari korban dibawah reruntuhan. Ada cerita menarik tentang anjing. Pada suatu ketika ulama sufi kharismatik dari  aliran mahabbah, namanya Syekh Abu Yazid B

JANGAN BERKHIANAT

Khianat bermakna menodai amanah atau kepercayaan yang diberikan kepada seseorang. Ada yang namanya amanah rakyat, amanah jabatan, dan amanah Allah. Merusak amanah atau kepercayaan menambah dausa. Akhir akhir ini merusak amanah seperti menjadi gaya hidup. Apalagi “iman” tidak dijadikan lagi sebagai indikator suatu penghidupan. Apakah orang sudah lupa atau memang tidak tahu sama sekali sabda Rasulullah SAW yang memotivasi kita bahwa: “Kamu belum dianggap beriman bila kamu masih mengkhianati amanah. Firman Allah dalam al-quranul karim: يا أيها الذين آمنوا لا تخونوا الله والرسول وتخونوا أماناتكم وأنتم تعلمون Artinya: Hai orang orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah, jangan kamu mengkhianati Rasul, dan jangan mengkhianati amanah yang dipercayakan kepada kamu, sedangkan kamu mengetahuinya (Al-Anfal, 27) Bila kita bertanya kepada ahli tafsir, tentang asal usul kenapa ayat ini diturunkan, maka kita mendapat informasi bahwa ayat ini turun berkenaan dengan seorang sahat yang

GOSIP

Gosip menggosip sungguh menjengkelkan. Soalnya gossip itu dapat merendahkan nilai kemanusiaan seseorang. Apalagi era zaman sekarang sarana gossip ada dimana mana. Sasaran gosippun tidak tanggung tanggung, mulai Kepala Dusun sampai dengan Kepala Negara. Media gosip berbagai ragam, tergantung kemampuan keuangan yang dimiliki oleh seseorang. Ada yang namanya facebook, ada yang namanya youtube. Ada juga namanya W/A, web, atau blog. Menyebar info dengan membagi link atau forward mungkin cukup sederhana yang dapat dilakukan oleh semua orang. Tetapi akibatnya banyak yang fatal. Memang gosip hanya sekedar membicarakan perilaku orang lain yang umumnya terkait hal hal yang negatif. Tetapi sudah lupakah kita bahwa gosip itu merupakan pertanda akhlaq seseorang sudah berkarat? Gosip tergolong dosa besar. Masih ragu? Bila kita berkaca kepada bimbingan Rasulullah, gosip itu identik dengan ghibah. Makna gosip alias ghibah didefinisikan melalui suatu hadis, sebagai berikut: أَتَدْرُون